CILEGON, BCO – Aliran sungai atau Kali Sentul di Lingkungan Pabuaran, Kelurahan Ciwedus, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dipenuhi busa berwarna putih yang menutupi seluruh jalur air yang mengalir, Selasa 21 Januari 2020. Warga juga mencium bau yang diduga dari obat atau bahan kimia penyebab busa tersebut dan dapat menyebabkan gatal pada kulit.

Muhammad Nasrullah, warga Pabuaran mengungkapkan, sungai berbusa baru pertama kali terjadi dan baru diketahuinya pagi sekitar pukul 05.00 WIB.
“Baru pertama kali. Setelah adanya busa itu, jadi kayak ada bau semacam dari bau obat gitu. Terus kalau dipegang ke tangan itu lengket dan bikin gatal,” kata Nasrullah kepada BCO, Selasa 21 Januari 2020.
Dikatakan Nasrullah, hulu sungai ini terdapat aktivitas pertanian dan juga pertambangan penyedotan pasir, serta ada TPSA Bagendung. Meski demikian, Nasrullah belum bisa memastikan sumber busa itu berasal dari mana.
Dengan adanya kejadian busa menutupi sungai ini, aktivitas warga yang biasa mencuci ataupun mandi di kali tersebut terganggu. “Di daerah hulu itu ada persawahan sama aktivitas penyedotan pasir. Di sana juga ada tempat sampah Bagendung itu, kemungkinan ini resapan air dari sampah terus mengalir kebawa hujan dan bercampur sama limbah air galian pasir yang sengaja dibuang ke sungai,” jelas Nasrullah.
Sementara itu, Ketua RT 01 RW 06 Lingkungan Pabuaran Mad’urip mengungkapkan, pencemaran Sungai Sentul tersebut sudah lama terjadi. Ia mengatakan, semenjak adanya aktivitas galian pasir di wilayah Bagendung membuat sungai di wilayahnya berubah warna menjadi coklat pekat dan membawa material kerikil. “Di hulu kan ada galian pasir, yang tadinya airnya bersih sekarang malah butek (keruh) dan enggak bisa dipakai buat apapun,” kata Mad’urip saat ditemui di lokasi.
Dijelaskan Mad’urip, akibat pencemaran ini para petani di Lingkungan Pabuaran merasa dirugikan. “Yang dirugikan masyakat petani, kalau gini kan ini airnya biasanya dipakai buat pengairan. Karena enggak ada lagi sumber air ya kita terpaksa pakai air ini, ini juga malahan bikin tanah sawah jadi keras karena tadi itu bercampur sama material pasir,” jelasnya.
“Ya kalau sudah begini mau ngadu ke siapa, ke dewan sudah. Rapat-rapat di kelurahan sudah, sampai bosan kita juga enggak ada solusi seperti ini,” tambah Mad’urip.
Di tempat sama, Tokoh Masyarakat Lingkungan Pabuaran Jamaludin menyatakan, pencemaran akibat galian pasir ini terjadi sejak empat tahun kebelakang. Akibat pencemaran tersebut, kedalaman sungai menjadi berkurang karena tertutup pasir.
“Yang lebih parah itu terjadi sekitar 2 tahun kebelakang. Sungai yang biasanya enggak kering tahun kemarin sampai mau kering, karena kekurangan air ada petani yang hampir adu jotos. Mereka butuh air buat persawahannya, sementara sungai kan jadi dangkal, dan didasarnya itu lumpur pasir bukan lumpur tanah. Lumpur pasirkan sifatnya menyerap air bukan mengalirkan air, ” papar Jamaludin.
“Sedih loh pak. Saya lahir disini, besar disini. Tapi lihat masyarakat sampai mau adu jotos gitu gara-gara memperebutkan air. Ini sungai, dulu sebelum ada galian sering dipakai orang-orang Tegal Cabe, Sondol, Katimaha, dan daerah lainnya karena airnya bersih dan enggak pernah kering. Sekarang bapak lihata sendiri airnya kayak gimana kotor loh,” paparnya.
Berdasarkan pantauan BCO di Sungai/Kali Sentul ini, air sungai nampak keruh dengan warna coklat pekat. Di bibir sungai juga terdapat material pasir dan kerikil yang terbawa arus sungai. []