Opini, Oleh: Ahdi Zukhruf Amri
Maryati, seorang guru MAN 1 Kota Cilegon yang sudah mengajar kurang lebih 35 tahun dari 1995 sampai sekarang 2020. Dalam perjalanan pengabdian mendidiknya, beliau tahun ini mencoba menggali minat bakatnya dalam hal menulis. Berawal dari senang membaca dan bercerita, kemudian bergabung dengan komunitas Media guru menulis diawal tahun 2020, dengan sebuah tantangan Satu Guru Satu Buku.
Beliau mendeskripsikan salah satu karya bukunya yang berjudul “Denyar Denyut Cinta XXY”
Buku ini bercerita tentang seorang anak gadis, secara perbedaan hormon kromosom. Secara fisik dia adalah seorang perempuan, tapi ketika masa puberitas, terjadi sesuatu yang tidak dibayangakan dan tidak disangka. Gadis tersebut tumbuh dengan sebuah jakun, suara berubah, dan menyukai perempuan.
Gejolak batin dan pertanyaan besar hinggap dalama pikirannya, gadis tersebut bingung, dan kekhawatiran hal ini akan menjadi aib dalam keluarga. Terjadi menyimpangan sosial, dosa besar, dan ternyata kakak perempuannya juga pernah mengalami itu.
Tokoh yang dibuat dalam cerita tersebut, Maryati sebagai guru dan penulis, mencoba menjadi sudut pandang orang lain dan menganggap ada sisi edukasi yang ingin disampaikan melalui buku tersebut.
Di sela-sela kondisi pembelajaran daring dalam dunia pendidikan, Maryati berkarya dan berpikir positif dalam sebuah peristiwa dan perjalanan mendidik. Apalagi diusianya sekarang menjadi sebuah tantangan tersendiri. Maryati masih mempercayai bahwa setiap guru adalah pembelajar dalam Ilmu Pedagogis.
Pada awal-awal menulis, Maryati mengalami hal yang sama. Dalam menjalani tantangan Satu Guru Satu Buku, pernah mengalami proses remedial dalam menulis, harus mengulang kembali apa yang pernah ditulisnya selama 193 hari, dengan ide dan gagasan baru karena ketekunan dan tujuan dalam menulisnya. Apalagi didukung penuh oleh suami, maka sudah 5 karya buku yang dibuatnya berupa 2 Novel dan 3 kumpulan artikel yang salah satunya “The Power of Kepokso”.
Di hari Guru Nasional 25 November 2020, Maryati mempersembahkan buku-buku ini teruntuk beberapa teman sejawat dan beberapa murid. Maryati ingin memberi motivasi, menularkan semangat dan mengharapkan bahwa setiap guru pasti bisa menulis dan salah satu keberlangsungan generasi pada masa depan ditentukan oleh guru.[]