Jumat, September 20, 2024
BerandaOlahragaDominasi Pertandingan, Atlet Asal Cilegon Ngaku Dicurangi Juri di PON Papua

Dominasi Pertandingan, Atlet Asal Cilegon Ngaku Dicurangi Juri di PON Papua

CILEGON, BCO.CO.ID – Peserta atau atlet cabang Muaythai utusan Provinsi Banten yang juga warga Lingkungan Ciluit, Kelurahan Deringo, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon bernama Sulaiman (26), mengeluhkan adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-XX yang diselenggarakan di Provinsi Papua.

Sulaiman menyayangkan ketidakprofesionalan panitia atau juri pada pertandingan Muaythai kelas 48 Kilogram di GOR STT GIDI, Kabupaten Jayapura. Atlet yang akrba djsapa Sule itu dinyatakan kalah melawan atlet tuan rumah, Abdurahman. Padahal, dari segi kompetisi, Sule mengaku mendominasi serangan terhadap lawan dengan beberapa kali pukulan yang dihempaskan.

“Itukan dari segi pukulan dan tendangan lebih agresif saya, point nya juga banyak saya, cuma ya namanya tuan rumah dikalahkan,” ungkap Sulaiman Atlet Muaythai Provinsi Banten, kepada wartawan, Rabu 29 September 2021.

Karena hal itu, pihaknya bersama tim Kontingen Banten mengaku sudah berupaya melakukan protes terhadap panitia atas ketidakprofesionalan dalam penilaiannya peserta lomba pada Atlet Muaythai kelas 48 Kilogram.

“Upaya dari kami protes ke panitia sudah, sesuai prosedur yang ada, tapi belum ada keputusan, yah namanya pertandingan kaya gitu, susah lawan tuan rumah mah, buat pelajaranlah,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Humas KONI Banten Yosa Sayata, membenarkan adanya indikasi kecurangan yang telah dilakukan oleh panitia terhadap Atlet Muaythai asal Banten. “Itukan atlet Banten namanya Sulaiman kelasnya 48 kilogram, bertanding melawan tuan rumah namanya Abdurahman, nah sepanjang pertandingan dalam 3 ronde itu temen-temen official dan yang lainnya melihat bahwa atlit kami itu lebih unggul,” ungkap Yosa.

Namun, ketika akhir pertandingan justru atlet asal Banten tiba-tiba dikalahkan. Karena itu, dikatakan Yosa, munculah pertanyaan besar dan melakukan protes terhadap panita penyelenggara. “Nah, ini juga dibuktikan dengan rekaman video, kami tidak mungkin melayangkan protes kalo benar-benar tidak punya keyakinan dan bukti yang sah, falid. Apalagi bayarnya Rp10 juta (Prosedural ketika protes-red) lumayan juga kan untuk pantia, gamungkin kami bayar begitu kalo ngga percaya diri,” tegas Yosa seraya akan menuntut keprofesionalan panitia.

Pada kesempatan itu, Yosa juga berharap akan menjadi pemicu terhadap pantia, juri dan wasit agar benar-benar memberikan penilaian atau bekerja sesuai prosedural.

“Jangan sampai main mata, kami ngga suudzon dengan tuan rumah, cuma yang kami sayangkan penilaian wasit dan jurinya,” pungkasnya. []

 

RELATED ARTICLES

Most Popular

- Advertisment -
Google search engine

Recent Comments