BCO.CO.ID – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai merebak di Kota Cilegon terutama pada musim penghujan yang terjadi di awal tahun 2024. Informasi yang dihimpun BCO Media, kasus DBD ini juga banyak menjangkiti anak-anak balita hingga usia sekolah dasar.
Sejumlah warga di Kota Cilegon juga mengaku, sempat kesulitan mendapatkan ruang perawatan di rumah sakit lantaran kondisi ruangan dipenuhi oleh pasien yang membutuhkan perawatan.
“Kemarin bawa anak ke beberapa rumah sakit ternyata membludak sampai enggak dapat kamar perawatan, enggak tau penuh karena pasiennya sakit apa. Tapi sebelum saya bawa anak saya, temen juga sempat kesulitan bawa anaknya ke rumah sakit,” kata warga Citangkil, yang enggan menyebutkan identitasnya, Rabu 21 Februari 2024.
Setelah mendapat ruang perawatan, dia bilang, anaknya didiagnosa oleh dokter di RSUD Kota Cilegon menderita demam berdarah. Diketahui demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan virus dengue dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. “Alhamdulillah sekarang udah mendingan, kalau kondisinya stabil Insya Allah bisa segera pulang,” terangnya.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon, kasus demam berdarah dengue (DBD) pada awal tahun 2024 meningkat apabila dibandingkan periode yang sama di awal tahun 2023.
Kabid Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Dinas Kesehatan Kota Cilegon dr. Febri Naldo mengatakan, terdapat 27 kasus DBD yang menjangkiti warga Kota Cilegon pada bulan Januari 2024. Sedangkan pada Januari 2023 lalu, kasus DBD tercatat ada 15 kasus. Ini artinya, terdapat peningkatan sebanyak 12 kasus.
“Sebanyak 27 orang (terjangkit DBD-Red), itu tidak ada yang meninggal. Kalau kita bandingkan dengan 2023 di bulan Januarinya, memang meningkat, Januari 2023 itu ada 15 kasus,” kata dr. Febri Naldo, ditemui wartawan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Cilegon.
Menurutnya, belum ada laporan lagi di bulan Februari 2024. Sebab pelaporan kasus biasanya diinformasikan setiap tanggal 5 di bulan berikutnya. Febri juga menjelaskan, populasi nyamuk Aedes aegypti cenderung meningkat pada saat musim hujan. Pasalnya, banyak genangan air yang menjadi habitat baru nyamuk Aedes aegypti.
Oleh sebab itu, Febri mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap kebersihan lingkungan seperti menggalakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras bak mandi, membersihkan sampah, serta mengubur sampah yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Pasalnya, nyamuk Aedes aegypty dapat berkembang dari telur sampai jadi nyamuk dewasa dalam waktu 9-14 hari.
“Makanya ini penting untuk memutus rantai nyamuk Aedes aegypty ini dengan cara pemberantasan sarang nyamuk, baik di sekitar rumah maupun menguras bak mandi minimal seminggu sekali,” jelasnya.
Selain itu, dia juga meminta Puskesmas sebagai kepanjangan tangan dari Dinas Kesehatan untuk meningkatkan sosialisasi PSN guna memutus penyebaran penyakit DBD yang semakin meluas. []