CILEGON.BCO.CO.ID – Makanan tradisional khas Cilegon berupa Rabeg, telah memecahkan rekor MURI dengan sajian terbanyak yakni 2.400 porsi dalam event Rapat Koordinasi Komisariat Wilayah (Rakorkomwil) III APEKSI 2023 sekaligus rangkaian hari jadi Kota Cilegon ke 24 tahun. Sajian rabeg sebanyak 2.400 porsi merupakan yang pertama kali ada, sehingga dinilai layak untuk dicatat sebagai Rekor MURI dengan Nomor Sertifikat: 10394/R.MURI/V/2023 untuk sajian rabeg terbanyak.
Meskipun begitu dari informasi yang didapat wartawan, Pemkot Cilegon harus merogoh kocek Rp40 juta untuk pengajuan mencatatkan rekor penyajian rabeg terbanyak itu. Hal itu diketahui dari surat Persetujuan Rekor dari pihak MURI ke Pemkot Cilegon pada tanggal 13 April 2023.
Dalam surat persetujuan itu tertulis donasi untuk biaya operasional, peliputan, verifikasi dan penyerahan piagam MURI sebesar empat puluh juta rupiah, yang rinciannya donasi reguler dengan satu piagam asli. Pihak MURI juga dalam surat tersebut menegaskan, donasi harus ditransfer ke rekening bank yang telah ditetapkan paling lambat 5 hari kerja, sebelum kegiatan berlangsung.
Dikonfirmasi BCO Media, Ketua Panitia Rekor MURI Rabeg yang juga Staf Ahli Wali Kota Cilegon, Sabri Mahyudin mengungkapkan, setiap daerah yang mengajukan Rekor MURI dikenakan biaya donasi yang bersifat resmi. Selain itu, besaran donasi juga ditentukan oleh pihak MURI sendiri. “Jadi setiap daerah yang akan mengajukan Rekor MURI itu dikenakan donasi, itu resmi buka aja website-nya,” kata Sabri Mahyudin, Selasa 9 Mei 2023.
Menurut Sabri, anggaran untuk membayar Rekor MURI menggunakan dana CSR BUMD yang dilakukan secara resmi. “Enggak ada, enggak ada pakai uang APBD kita. Sumbernya kami pakai dana CSR BUMD kita resmi kok mintanya juga pakai surat resmi,” pungkasnya.
Terpisah, anggota DPRD Kota Cilegon Erik Airlangga menyayangkan sikap Pemkot Cilegon. Menurutnya, masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempromosikan rabeg. “Sangat disayangkan lah kalau memang bayar Rp40 juta. Masih banyak cara untuk mempromosikan makanan lokal,” kata Erik Airlangga.
Kalau memang Pemkot Cilegon berniat mempromosikan makanan khas lokal, lanjut Erik, ada berbagai cara. Salah satunya menyediakan di kantor-kantor industri besar seperti POSCO, Chandra Asri, Lotte, dan sebagai yang sering dikunjungi oleh tamu yang berasal dari luar negeri. “Sediakanlah makanan rabeg dari kecamatan mana, keluarahan mana secara bergantiang. Itu salah satu menurut kita, mensupport UMKM di wilayah Kota Cilegon,” terangnya.
Lebih lanjut, Erik juga menyinggung penghargaan yang diraih Pemkot Cilegon sebanyak 30 penghargaan yang ditanyakan mahasiswa pada unjuk rasa Refleksi 24 Tahun Kota Cilegon beberapa waktu lalu.
“Tapi memang sangat disayangkan, lebih baik yang real. Coba kita lihat setelah mendapatkan Rekor MURI ini, apa yang akan dilakukan oleh Pemkot Cilegon terhadap makanan-makanan tradisional yang ada di wilayah Kota Cilegon, apakah berhenti sejak Rekor MURI setelah itu tidak ada lagi atau gimana,” pungkas Erik. []