CILEGON, BCO.CO.ID – Memasuki musim kemarau, sebagian warga di Kecamatan Pulomerak, terutama yang tinggal di pelosok perbukitan mulai merasakan kesulitan mendapatkan air bersih. Pasalnya, sebagian sumber mata air yang menopang kehidupan warga di wilayah ini telah kering.
Misalnya saja di Lingkungan Cipala, Kelurahan Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Untuk mendapatkan air bersih, warga di lingkungan ini harus secara bergiliran mengisi galon ataupun jerigen tempat penampungan air dari sumber mata air yang perlahan mulai mengering agar bisa dibawa pulang ke rumahnya masing-masing untuk kebutuhan sehari-hari.
Tak jarang, warga juga harus menuruni bukit dari jalan utama sejauh 150-250 meter dan memanfaatkan resapan air dari tumbuhan yang ditampung di dalam sumur kecil di area bekas parit di tengah hutan. Kondisi ini diakui warga sudah terjadi sebulan terakhir. “Sudah sebulan terakhir ini kalau kondisi kesulitan air,” kata Aromah, warga sekitar kepada BCO Media, Jumat 09 Juli 2021.
Diakuinya, untuk memenuhi satu galon air berukuran 18 liter warga harus menunggu 30 menit lamanya. Meski sudah biasa mengalami kondisi seperti ini, namun bantuan pemerintah yang datang hanya saat kondisi tersebut terekspos ke publik saja. “Udah biasa, ini mah tahunan. Kalau untuk sekarang belum ada bantuan kang,” terangnya.
Di tempat yang sama, Anggota DPRD Kota Cilegon dari Fraksi Partai Nasdem Erick Rebiin yang ikut membantu warga mengangkat air dari bawah bukit hingga ke jalan utama itu mengaku miris, melihat kondisi warganya yang setiap tahun mengalami kesulitan air bersih. Padahal kata Anggota Komisi IV DPRD Kota Cilegon ini, ia sudah sering menyuarakan aspirasi warga di daerahnya tersebut agar Pemerintah Kota Cilegon memberikan fasilitas yang dapat menunjang aktifitas masyarakat di wilayah pegunungan ini.
“Saya sudah sering teriak-teriak di dewan, tapi apa output yang dilakukan pemerintah, masyarakat disini selalu seperti ini ketika musim kemarau tiba. Cilegon itu punya hampir APBD Rp2 Triliun, masa persoalan seperti ini tidak bisa diselesaikan,” tegas Erick.
Ironisnya lagi, lanjut Erick, selain medan yang terjal yang harus dilalui warga demi setetes air. Warga juga bahkan rela begadang hingga larut malam untuk menunggu giliran agar jerigen yang dibawanya bisa terisi penuh. Sebab, banyaknya penduduk tidak sebanding dengan kebutuhan air bersih di wilayah ini. “Jumlah penduduknya itu hampir 1000 orang lebih, yang mereka andalkan untuk kebutuhan sehari-hari kondisi seperti ini. Bisa dari pagi sampai pagi lagi, sampai mereka begadang ngatre untuk mendapatkan satu jerigen air ini,” jelasnya.
Erick menegaskan, Pemerintah Kota Cilegon seharusnya lebih aktif dan lebih peduli kepada masyarakat sekitar pegunungan yang selalu mengalami kesulitan air bersih. Ia juga bahkan meminta Pemkot Cilegon untuk melakukan pipanisasi penyuntikan air bersih dari pipa air milik PT Krakatau Tirta Industri yang menyuplai air untuk PT Indonesia Power agar kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi tanpa harus dibayangi persoalan kesulitan mendapatan air guna kebutuhan sehari-hari. “Saya sudah meminta agar dilakukan pipanisasi, penyuntikan dan dialirkan kepada warga. Nah itu yang bisa memfailitasikan Pemkot Cilegon. Dinas Perkim juga sudah saya informasikan dan belum ada tindakan, saya juga sudah mendorong anggaran reguler di tahun 2021 ini untuk pengadaan truk tangki untuk ngirim air. Nah sampai sekarang aja mobil tangki belum ada,” pungkas Erick. []