CILEGON.BCO.CO.ID – Ratusan masyarakat Cilegon menggelar peringatan 134 tahun peristiwa Geger Cilegon, Minggu 17 Juli 2022. Kegiatan yang diinisiasi oleh Persatuan Pergerakan Masyarakat Cilegon (PPMC) dan Front Daulat Pribumi (FDP) itu digelar di Alun-alun Kota Cilegon.
Ketua Presidium PPMC, Tubagus Bambang Mulyadi Sanusi atau yang akrab disapa Cak Moel mengatakan, para pejuang yang bertempur melawan Belanda dalam peristiwa Geger Cilegon 1888, telah mewariskan api semangat perjuangan kepada masyarakat.
“Orang tua kita dahulu mewariskan api semangat perjuangan, orang tua kita dulu mewariskan keberanian, orang tua kita dulu mewariskan semangat juang,” kata Cak Moel saat menyampaikan orasi budaya.
Menurutnya, saat ini penindasan masih banyak terjadi terhadap hak dasar masyarakat dan harus dilawan. “Penindasan di Cilegon ini masih banyak. Kedzoliman dan kesewenangan masih banyak di Cilegon ini. Kalian jangan tidur, jangan diam, karena akhir hayat kita adalah bagaimana hidup kita di ridhai oleh Allah SWT,” ujarnya.
Untuk itu, dirinya mengajak kepada seluruh keturunan para pejuang, agar bersama-sama membela dan memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat khususnya di Kota Cilegon.
“Banyak yang mengaku keturunan pejuang, tapi ketika melihat harta melihat benda, jadi lupa. Jangan sampai mengaku anak cucu keturunan pejuang, tetapi pada kenyataannya kaya orangnya (centeng) Belanda. Semoga kita yang ada disini mewarisi api semangat perjuangan bukan asapnya,” Cak Moel mengakhiri.
Sementara itu, salah satu keturunan pejuang Geger Cilegon 1888, Hundusi Hambali meminta agar para keturunan pejuang tidak menjadi pengkhianat bagi masyarakat, khususnya warga Cilegon sendiri.
“Kita sebagai anak keturunan (pejuang) jangan sampai jadi pengkhianat,” kata Hundusin yang merupakan keturunan KH. Ishaq dan Nyai Kamsidah (Seneja).
Dirinya mendesak agar pemerintah daerah mau mendengar masukan dari para tokoh, untuk bersama-sama menyelesaikan dan memenuhi hak dasar masyarakat di Kota Cilegon.
“Kami memberikan masukan, mudah-mudahan bisa dimeriahkan kembali. Terkait masalah di Kota Cilegon, Walikota harus bisa menerima ketika diberi saran dari tokoh masyarakat,” ucapnya.
Kegiatan peringatan perjuangan masyarakat Cilegon melawan penjajahan Belanda atau yang juga dikenal dengan Pemberontakan Petani Banten, diawali dengan pawai obor mulai dari Alun-alun Cilegon hingga Rumah Dinas Walikota yang dahulu ditempati oleh Residen Belanda.
Setibanya di Rumah Dinas Walikota, peserta obor mengumpulkan obornya di depan Rumah Dinas dan membakarnya secara bersama-sama.
Kegiatan dilanjutkan dengan orasi budaya dari berbagai kalangan masyarakat, dan diisi dengan pementasan tari Geger Cilegon dari Sanggar Puspa Arum, dan pembacaan puisi. []