CILEGON.BCO.CO.ID – Tradisi ketupat qunutan atau tradisi makan ketupat di pertengahan bulan suci Ramadhan di wilayah Banten terutama di Cilegon masih bertahan dari pesatnya perkembangan zaman.
Dari beberapa daerah di Banten, pada pertengahan bulan suci ramadhan itu biasanya masyarakat mulai membuat ketupat dari daun kelapa muda yang di anyam menjadi bentuk estetik penuh dengan nilai seni. Tak hanya ketupat, ada juga leupeut yang dibuat dari beras ketan dengan bentuk memanjang masih dengan daun kelapa muda sebagai kemasannya.
Di Cilegon sendiri, terutama di wilayah Kecamatan Cibeber, tradisi ketupat qunutan terjadi dua kali lantaran ada beberapa umat muslim yang menjalankan ibadah puasa di waktu yang berbeda.
Dilansir dari beberapa sumber, tradisi ini merupakan wujud syukur masyarakat yang menjalankan ibadah puasa. Dimana setelah membuat dan memasak ketupat serta leupeut, masyarakat biasanya membawa panganan itu ke mesjid untuk duduk bersama dan membaca do’a atau ngeriung. Sesuai dengan yang diistilahkan sebagai sarana dakwah dan memakmurkan masjid ataupun musalah.
Jika berdasarkan tuntunan agama, berasal dari Doa Qunut yang dibawa pada raka’at terakhir salat witir yang biasanya dimulai sejak hari ke 15 Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan.
Selain itu biasanya sebelum waktu berbuka, warga akan mengirimkan makanan tersebut ke sanak saudaranya atau berbagi di jalanan agar dinikmati oleh masyarakat yang kurang beruntung.
Qunut atau ngunut ini untuk menandai peralihan dari tanggal 15 ke 16 Ramadhan, yang menunjukkan bahwa umat muslim telah menjalankan separuh kewajiban ibadah puasa.
Terdapat makna mendalam cerminan kesosialan yang terdapat pada doa Qunut yang dipanjatkan, terlebih dengan kondisi umat islam yang sedang mengalami cobaan, dan tradisi qunut ini sebagai alat pemersatunya. []